, ,

Eksplorasi Surveilans Air Limbah: PKKA-PRO UGM Jajaki Kolaborasi di Banjarmasin dan Banjarbaru

Banjarmasin, 20 Oktober 2025_  Surveilans Air Limbah (Wastewater Surveillance/WS) kini semakin diakselerasi sebagai sistem peringatan dini potensi wabah di masyarakat, sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Prinsip kerja WS adalah mendeteksi fragmen virus atau bakteri pada air limbah, memberikan gambaran transmisi penyakit di komunitas, menjadikannya opsi yang terjangkau bagi negara berpendapatan rendah dan menengah (LMIC) untuk mengukur beban penyakit di komunitas. Di Indonesia, WS telah diinisiasi untuk virus polio sejak 2004 dan dikembangkan untuk patogen lain saat pandemi COVID-19. Tim peneliti dari Pusat Kajian Kesehatan Anak – Pediatric Research Office (PKKA-PRO) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) telah sukses mengembangkan WS untuk deteksi SARS-CoV-2 dan kini fokus pada Salmonella Typhi. Penelitian sebelumnya menunjukkan sinyal SARS-CoV-2 yang lebih awal dari sinyal klinis, sebuah temuan kunci untuk kesiapsiagaan pandemi yang mendukung pencapaian SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, dengan memperkuat sistem kesehatan melalui deteksi dini penyakit menular.

Menindaklanjuti potensi ini, Tim PKKA-PRO FK-KMK UGM melaksanakan Peninjauan Site di Perumda PALD Banjarmasin dan Penilaian Kapasitas Laboratorium BBLKM Banjarbaru pada 15-16 Oktober 2025 sebagai bagian dari penelitian lanjutan berjudul “Deteksi Patogen dengan Potensi Pandemi dalam Air Limbah Perkotaan Sebagai Sistem Peringatan Dini Terhadap Adaptasi dan Penularan pada Manusia”. Kunjungan ini merupakan implementasi nyata dari SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, dengan menjajaki kolaborasi antar-institusi yang memperkuat sinergi sumber daya dan pengetahuan guna mencapai target pembangunan berkelanjutan.

Sesi Diskusi dan Konsolidasi.

Di Perumda PALD Banjarmasin, tim yang diwakili oleh dr. Ahmad Watsiq Maula, MPH, dan anggota lainnya, memaparkan rencana penelitian dan meninjau tiga Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Pekapuran Raya, IPAL Lambung Mangkurat, dan IPAL HKSN. Peninjauan lapangan ini krusial untuk memastikan kesesuaian lokasi sampling demi mendukung SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur dengan memanfaatkan infrastruktur pengolahan limbah yang ada sebagai basis inovasi kesehatan masyarakat. Pengoptimalan infrastruktur IPAL yang sudah ada memungkinkan peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan sekaligus mendorong inovasi teknologi yang berkelanjutan.

Sesi foto bersama di PALD Banjarmasin.

Dalam peninjauan di Perumda PALD Banjarmasin, tim meninjau lokasi inlet dan outlet di ketiga IPAL. Hasilnya, ketiga IPAL secara umum dinilai aman dan memadai sebagai lokasi sampling WS, dengan kelengkapan akses pengait moore swab. Namun, beberapa catatan penting diidentifikasi. Di IPAL Lambung Mangkurat, lokasinya yang berada di kawasan kantor DPRD Kota Banjarmasin berpotensi menghambat perizinan saat ada agenda tertentu. Secara geografis, kondisi permukaan tanah Kota Banjarmasin yang rendah mengakibatkan terjadinya infiltrasi aliran sungai dan permukaan ke jaringan pipa limbah di semua IPAL. Hal ini dicatat berpotensi menurunkan konsentrasi patogen yang akan diteliti. Diskusi dengan Manajer Teknik Perumda PALD Banjarmasin, Deris Kusdinar, S.T., juga menyepakati perlunya Perjanjian Kerja Sama (PKS) resmi untuk mencatat administrasi kegiatan penelitian. Kesepakatan ini merupakan contoh implementasi SDG 17 yang mendorong kemitraan strategis demi kelancaran dan keberlanjutan riset bersama.

Peninjauan ke BBLKM.

Selanjutnya, kegiatan berlanjut ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Banjarbaru untuk penilaian kapasitas laboratorium dan diskusi pengalaman. BBLKM Banjarbaru, yang dipimpin oleh Budi Santoso, SKM, MPH, memiliki pengalaman sejak 2018 dalam surveilans air limbah polio lingkungan, sebuah praktik penting dalam mendukung SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui penguatan sistem kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit menular. Tim BBLKM Banjarbaru berbagi praktik lapangan, termasuk rincian teknis pengambilan sampel dan logistik pengiriman ke Jakarta. Mereka juga menyambut baik rencana penelitian PKKA-PRO UGM.

Penilaian menunjukkan laboratorium BBLKM Banjarbaru cukup lengkap dan terkalibrasi dengan baik, dengan kemampuan untuk proses filtrasi, ekstraksi DNA, PCR, dan sequencing, meskipun ultrasentrifus belum tersedia. Ketersediaan tempat penyimpanan sampel pada suhu juga memadai. Hal ini memperlihatkan upaya nyata dalam memperkuat infrastruktur kesehatan daerah yang berkontribusi pada SDG 9 terkait peningkatan kapasitas laboratorium sebagai bagian dari inovasi dan pembangunan infrastruktur yang tangguh.

Kunjungan ke Laboratorium

Diskusi kerja sama di BBLKM Banjarbaru menghasilkan kesepakatan kuat untuk berkolaborasi, memperkuat SDG 17 dengan mengembangkan kemitraan multi-sektoral untuk riset dan inovasi kesehatan. Kepala BBLKM Banjarbaru menyarankan pembuatan PKS terpisah antara BBLKM Banjarbaru dan FK-KMK UGM. Selain sebagai pihak pengambil sampel, pihak BBLKM Banjarbaru juga berharap dapat melakukan deteksi patogen jika metode laboratorium sudah rampung dioptimasi oleh kolaborator. Kesepakatan praktis yang dicapai mencakup penyediaan alat yang belum dimiliki dan bahan habis pakai oleh tim peneliti, serta penggunaan alat BBLKM yang sesuai spesifikasi.

Komitmen ini sekaligus menjadi kesempatan berharga untuk peningkatan kapasitas teknis dan penguatan institusi kesehatan daerah, selaras dengan SDG 4: Pendidikan Berkualitas, melalui alih pengetahuan dan pelatihan teknis kepada tenaga kesehatan dan laboratorium daerah. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan transfer teknologi ini penting untuk membangun kompetensi lokal dan menjaga kesinambungan program kesehatan masyarakat.

Sesi Foto Bersama Tim Peneliti yang bertugas

Secara keseluruhan, kegiatan peninjauan dan asesmen ini sukses membuka jalan bagi implementasi penelitian Wastewater Surveillance di Kalimantan Selatan. PKKA-PRO FK-KMK UGM kini memiliki data lokasi sampling yang valid di Banjarmasin dan telah mendapatkan mitra kerja sama yang berpengalaman di BBLKM Banjarbaru. Langkah selanjutnya adalah finalisasi PKS dengan kedua instansi. Penelitian WS ini tidak hanya berpotensi menjadi sistem peringatan dini yang efektif di perkotaan, tetapi juga memperkuat infrastruktur kesehatan publik, membangun kemitraan lintas sektor, dan meningkatkan kapasitas SDM yang berkelanjutan. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan SDG 3, SDG 4, SDG 9, dan SDG 17 secara terpadu, demi kehidupan yang lebih sehat, pendidikan yang lebih baik, infrastruktur yang lebih inovatif, dan kemitraan yang kuat untuk pembangunan berkelanjutan.

Penulis : Dhimas Sholikhul Huda

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *